Pencarian...

Senin, 28 Maret 2011

Resep Baso Ikan Patin

RESEP DASAR BASO IKAN PATIN
Bahan:
• 500 gr daging ikan Patin
• 2 siung bawang putih, potong tipis, goreng garing dan ditumbuk halus.
• ½ sdt garam ( atau sesuai selera )
• ¼ sdt merica bubuk
• 6 sdm tepung kanji
Cara membuat:
1. Cincang atau blender daging ikan.
2. Tambahkan bawang putih, garam dan merica, remas -remas sampai tercampur rata. Masukkan tepung kanji, aduk lagi pelan2 sampe rata
3. Bentuk adonan menjadi bulatan dengan menggunakan 2 sendok. Rebus dalam air mendidih sampai bakso mengapung, angkat, tiriskan

Pengolahan Limbah

PENGOLAHAN LIMBAH
SYOFIA HARTATI, SP 

Pengertian Limbah
Secara umum yang disebut limbah
adalah bahan sisa/buangan yang dihasilkan oleh suatu proses produksi, baik pada skala rumah tangga (domestik) maupun industri yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis

Limbah yang dibuang ke lingkungan dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan ketika mencapai jumlah atau konsentrasi tertentu

Fermentasi


Proses Pengentalan

PROSES PENGENTALAN PANGAN


1.      Pendahuluan
Pengentalan merupakan proses untuk menghilangkan sebagian air pada produk pangan cair. Tujuan pengentalan adalah mengurangi sejumlah air sehingga menurunkan volume produk. Dengan turunnya volume produk pangan ini, maka akan memudahkan transportasi dan penyimpanan.
Pengentalan dilakukan dengan menaikkan suhu produk sampai titik didihnya dengan lama tertentu. Untuk produk pangan yang sensitive terhadap panas, maka pengentalan dapat dilakukan dengan tekanan vakum.
Empat komponen utama alat pengental (evaporator) adalah 
a) tabung evaporator, 
b) sumber panas, 
c) kondensor dan 
d) metode untuk membuat vakum. 
 
2.      Termodinamika Pengentalan
Selama proses pengentalan terjadi perubahan fase cair menjadi uap. Panas laten penguapan untuk air murni tergantung dari besarnya tekanan yang dinyatakan dengan persamaan Clausius-Clapeyron.
dimana L v adalah panas laten penguapan, p adalah tekanan.
Untuk produk yang mengandung padatan dan komponen lain maka persamaannya menjadi :

 Persamaan tersebut menggambarkan hubungan antara panas laten penguapan terhadap tekanannya pada suhu yang sama (T A ). Apabila digabungkan maka persamaannya menjadi : 
Dengan memplotkan tekanan uap produk dengan tekanan uap air murni, maka dapat dibuat hubungan antara panas laten pengupan produk dan air murni.
Karena pengaruh padatan terhadap panas laten penguapan, maka pengaruh padatan akan mepengaruhi titik didih produk.

Persamaan kenaikan titik didih produk pangan mengikuti persamaan sebagai berikut: 
Dimana l v adalah panas laten penguapan, T Ao adalah titik didih air murni, dan X A adalah fraksi mol air pada larutan. Dengan mengasumsikan bahwa kenaikan titik didih rendah, maka didapatkan persamaan :

Dimana X B adalah fraksi mol padatan yang menyebabkan kenaikan titik didih. 

 
3. Desain Evaporator
    Untuk mendisain evaporator, maka diperlukan perhitungan kesetimbangan massa dan energy. Untuk menggambarkan kesetimbangan massa dan energi pada evaporator tunggal dapat diilustrasikan dengan Gambar


Kekekalan massa
F = V + P
XF . F = XP . F
Kekekalan energi
S.hs + F.c pf (TF – 0) = V.hv + P .c pp (Tp – 0) + S.hc
Nilai ekonomis steamnya adalah
E steam = V / S

Dimana
F           =   laju produk masuk, kg/jam
P           =   laju produk keluar, kg/jam
X F       =   fraksi padatan produk masuk, -
X P       =   fraksi padatan produk keluar,-
S           =   laju steam masuk, kg/jam
V          =   laju uap air keluar, kg/jam
T F        =   suhu produk masuk, oC
T P        =   suhu produk keluar, oC
C PF     =   panas spesifik produk masuk, kJ/(kg.oC)
C PP     =   panas spesifik produk keluar, kJ/(kg.oC)

Contoh Soal : 
Produk pangan dengan kadar air 90% dimasukkan ke dalam effect dengan laju 3000 kg/jam. Apabila kadar air produk keluar dari effect menjadi 40%. Brapakah nilai ekonomis steam, apabila suhu steam masuk 120 o C dan suhu effect dijaga pada 60 o C
Penyelesaian :
 
Untuk evaporator majemuk, maka berdasarkan aliran bahan dan pemanas dapat dibedakan menjadi :
•  Pengumpanan muka
•  Pengumpanan belakang
•  Pengumpanan sejajar

Pengumpanan Muka
Contoh Soal Evaporator Majemuk
Soal sama seperti pada effect tunggal, dengan koefisien pindah panas total pada masing-masing effect adalah sebagai berikut:
U1=1000 W/(m 2 .K)       
U2=800 W(/m 2 .K)                     
U3=600 W/(m 2 .K)
      Dan suhu pada effect ketiga adalah 50 o C 
Penyelesaian :
 
 



 
Syofia Hartati, SP
SMK Negeri 1 Pangkalan Koto Baru

RPP Pengeringan - 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SEKOLAH                             : SMK Negeri 1 Pangkalan Koto Baru
MATA PELAJARAN             : Proses Pengeringan
KELAS / SEMESTER           : XI / 1
STANDAR KOPETENSI      : Mengoperasikan Proses Pengeringan
KOPETENSI DASAR           : Menyiapkan peralatan untuk pengeringan
INDIKATOR
                                                 
  1. Siswa mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan proses pengeringan
  2. Siswa mampu menetapkan bahan / produk yang memenuhi syarat operasi
  3. Siswa mampu menyiapkan alat yang dibutuhkan dalam proses pengeringan
  4. Siswa mampu menentukan parameter yang memenuhi syarat dalam proses pengeringan

ALOKASI WAKTU              : 12 X 45 menit

1.   TUJUAN PEMBELAJARAN
  1. Siswa dapat membedakan komoditi yang bisa dilakukan proses pengeringan dan mana yang tidak bisa dilakukan proses pengeringan
  2. Siswa dapat melakukan proses pengeringan sendiri pada komoditi pertanian
  3. Siswa mengenal parameter yang ditetapkan dalam proses pengeringan
  4. Siswa dapat melakukan persiapan yang sesuai dengan prosedur yang telah ada sehingga menghasilkan produk yang baik


2.   MATERI AJAR
  1. Mengenal komoditi yang akan dilakukan proses pengeringan
  2. Mengetahui langkah – langkah yang harus dilakukan sebelum proses pengeringan


3.   KEGIATAN PEMBELAJARAN
  1. Mengidentifikasi komoditi pertanian yang dapat dilakukan proses pengeringan
  2. Melakukan proses pengeringan
  3. Mengamati

4.   METODE PEMBELAJARAN
Ceramah bervariasikan dengan tanya jawab, tugas praktek dan diskusi kel

5.      LANGKAH – LANGKAH KEGIATAN

Ø  PERTEMUAN I
Pendahuluan ( 15 menit )
Siswa menjawab pertanyaan guru tentang topic yang diberikan dan hubungannya dengan kehidupan sehari – hari
Kegiatan inti ( 130 menit )
  1. Siswa menyimak penjelasan guru tentang perlunya dilakukannya proses pengeringan pada produk pertanian
  2. Siswa mendiskusikan komoditas apa saja yang dapat dilakukan proses pengeringan
  3. Siswa mengelompokkan produk – produk yang dapat dilakukan proses pengeringan dan produk yang tidak dapat dilakukan proses pengeringan beserta alasannya masing – masing
Kegiatan penutup ( 15 menit )
  1. Siswa menbuat kesimpulan tentang komoditi yang dapat dikeringkan
  2. Guru memberi pembenaran dan penjelasan tentang kesimpulan yang sudah dibuat siswa pada pertemuan hari ini

Ø  PERTEMUAN II
Pendahuluan ( 15 menit )
            Siswa menjawab pertanyaan guru mengenai pemahaman siswa terhadap topic yang disampaikan minggu lalu tentang komoditas yang dapat dilakukan proses pengeringan
Kegiatan inti ( 130 menit )
a.       Siswa menyimak penjelasan guru tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum proses pengeringan produk pertanian dimulai
b.      Guru menerangkan factor – factor apa saja yang harus diperhatikan sehingga proses pengeringan dapat berlangsung dengan baik sampai dihasilkannya produk yang aman dan sehat
c.       Siswa melakukan diskusi secara berkelompok tentang parameter apa saja yang akan diukur pada proses pengeringan
d.      Siswa bersama-sama membahas hasil yang mereka dapatkan dalam diskusi dan membandingkannya satu sama lain
Penutup ( 15 menit )
a.       Siswa membuat kesimpulan tentang langkah – langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan proses pengeringan
b.      Guru memberi pembenaran dan penjelasan tentang kesimpulan yang sudah dibuat siswa pada pertemuan hari ini
c.       Siswa mengumpulkan hasil diskusi hari ini secara berkelompok
d.      Guru memberikan tugas pada siswa untuk membawa komoditi gambir, kopi, cacao, padi, jagung, kacang tanah, kacang kedelai, cengkeh sebagai objek untuk praktikum pengeringan minggu depan

Ø  PERTEMUAN III
Pendahuluan ( 15 menit )
      Siswa menjawab pertanyaan guru mengenai pemahaman siswa terhadap topic yang disampaikan minggu lalu tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pengeringan dan parameternya
Kegiatan inti ( 130 menit )
  1. Guru membagi siswa menjadi dua kelompok
  2. Guru menerangkan langkah – langkah apa saja yang harus dilakukan siswa pada praktikum hari ini
  3. Guru membagikan lembar kerja yang harus diisi siswa
  4. Siswa bekerja sesuai dengan panduan yang sudah diberikan guru
Penutup ( 15 menit )
  1. Siswa mengambil kesimpulan dari hasil praktek pengeringan komoditi pertanian
  2. Guru memberi pembenaran dan penjelasan tentang kesimpulan yang sudah dibuat siswa pada pertemuan hari ini
  3. Siswa mengumpulkan lembar kerja praktek


6.   ALAT & SUMBER BELAJAR
  1. Buku Bahan Ajar
  2. Modul
  3. Buku kerja siswa

7.   PENILAIAN
Penilaian dilakukan sebelum, selama dan sesudah proses pembelajaran. Penilaian tertulis dilaksanakan setelah habis satu kopentensi dasar. Penilaian juga diambil dari praktek lapangan yang dilakukan siswa serta laporan kerja setiap selesai praktek.
Soal ujian tertulis
1)      Kemukakanlah pendapat anda tentang perlunya proses pengeringan dilakukan pada komoditi pertanian
2)      Jelaskan kenapa ada produk yang perlu perlakuan pengeringan dan ada yang tidak
3)      Apa keuntungan proses pengeringan pada produk pertanian
4)      Jelaskan parameter apa saja yang diamati dalam proses pengeringan
5)      Langkah – langkah apa saja yang harus dipersiapkan dalam melaksanakan proses pengeringan

Pangkalan,  Juli 2010
Waka Kurikulum



M. HUSNI RAMADHAN, S.P
NIP.410018169
Guru Mata Diklat



SYOFIA HARTATI, S.P
NIP. 410018170

Mengetahui,
Kepala Sekolah



Drs. DERI NOFIA
NIP. 19631030 199003 1 003

Aplikasi Iradiasi

APLIKASI IRADIASI DALAM TEKNIK PENGAWETAN PANGAN

 


PENDAHULUAN
           Bahan pangan merupakan materi yang mudah rusak (perishable).  Dengan sifat yang mudah rusak, maka bahan pangan mempunyai masa simpan yang terbatas.  Bermacam-macam teknik pengawetan dan pengolahan bahan pangan dilakukan untuk memperpanjang marketable life komoditas hasil pertanian di antaranya pengeringan, pembekuan, penggunaan bahan kimia dan iradiasi.
           Tujuan pengawetan pangan adalah untuk menghambat atau mencegah terjadinya kerusakan pangan, mempertahankan kualitas bahan, menghindarkan terjadinya keracunan dan mempermudah penanganan serta penyimpanan.  Bahan pangan yang awet mempunyai nilai yang lebih tinggi karena terjadinya kerusakan dapat diperkecil.  Namun demikian metode pengawetan tidak selalu dapat mempertahankan kualitas asal bahan pangan atau kandungan gizi dari komoditas yang diawetkan.
           Iradiasi merupakan salah satu jenis pengolahan bahan pangan yang menerapkan gelombang elektromagnetik.  Iradiasi bertujuan mengurangi kehilangan akibat kerusakan dan pembusukan, serta membasmi mikroba dan organisme lain yang menimbulkan penyakit terbawa makanan.  Tetapi prinsip pengolahan, dosis, teknik dan peralatan, persyaratan kesehatan dan keselamatan serta pengaruh iradiasi terhadap pangan harus diperhatikan.
           Pengembangan dan penggunaan iradiasi untuk stabilitasasi bahan pangan memberikan kemungkinan bahan pangan dapat diawetkan tanpa mengalami perubahan nyata sifat alaminya.  Bidang ini dirintis oleh Dr Bernand E. Proctor dan Dr. Samuel A. Goldblith pada akhir tahun 1940 dan sejak itu menjadi tantangan bagi banyak ilmuwan dan ahli teknologi bahan pangan (Desrosier, 1988).
           Metode iradiasi telah disetujui oleh tiga badan dunia yaitu The Joint Expert Committee on Wholesomeness of Irradiation Foods (JECWIF) yang mewakili WHO, IAEA dan FAO tahun 1981 setelah ,menelaah data-data makanan yang diiradiasi sampai dosis rata-rata 1 Mrad, sehat untuk dikonsumsi.  Selanjutnya Codex Allimentarius Comunission dari FAO mengesahkan kesimpulan yang dikeluarkan JECWIF.
Oleh karena itu perlu diinformasikan mengenai aplikasi iradiasi dalam teknik pengawetan pangan dan pengaruhnya terhadap keamanan dan mutu pangan yang merupakan masalah yang banyak mendapat perhatian dan menimbulkan kesalahpahaman.
            

TEKNIK IRADIASI

           Iradiasi adalah  proses aplikasi radiasi energi pada suatu sasaran, seperti pangan.  Menurut Maha (1985), iradiasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk pemakaian energi radiasi secara sengaja dan terarah.  Sedangkan menurut Winarno et al. (1980), iradiasi adalah teknik penggunaan energi untuk penyinaran bahan dengan menggunakan sumber iradiasi buatan.
           Jenis iradiasi pangan yang dapat digunakan untuk pengawetan bahan pangan adalah radiasi elektromagnetik yaitu radiasi yang menghasilkan foton berenergi tinggi sehingga sanggup menyebabkan terjadinya ionisasi dan eksitasi pada materi yang dilaluinya.  Jenis iradiasi ini dinamakan radiasi pengion, contoh radiasi pengion adalah radiasi partikel a, b, dan gelombang elektromagnetik g.  Contoh radiasi pengion yang disebut terakhir ini paling banyak digunakan (Sofyan, 1984; Winarno et al., 1980).
           Apabila suatu zat dilalui radiasi pengion, energi yang melewatinya akan diserap dan menghasilkan pasangan ion.  Energi yang melewatinya akan diserap dan menghasilkan pasangan ion.  Energi yang diserap oleh tumbukan radiasi dengan partikel bahan pangan akan menyebabkan eksitasi dan ionisasi beribu-ribu atom dalam lintasannya yang akan terjadi dalam waktu kurang dari 0,001 detik.
SUMBER IRADIASI
           Dua jenis radiasi pengion yang umum digunakan untuk pengawetan makanan adalah : sinar gamma yang dipancarkan oleh radio nuklida 60Co (kobalt-60) dan 137Cs (caesium-37) dan berkas elektron yang terdiri dari partikel-pertikel bermuatan listrik.  Kedua jenis radiasi pengion ini memiliki pengaruh yang sama terhadap makanan.  Perbedaan yang sama terhadap makanan.  Perbedaan keduanya adalah pada daya tembusnya.  Sinar gamma mengeluarkan energi sebesar 1 Mev untuk dapat menembus air dengan kedalaman 20 – 30 cm, sedangkan berkas elektron mengeluarkan energi sebesar 10 Mev untuk dapat menembus air sedalam 3,5 cm.
           Suatu persyaratan penting yang harus dipenuhi dalam proses pengolahan pangan dengan iradiasi adalah energi yang digunakan tidak boleh menyebabkan terbentuknya senyawa radioaktif pada bahan pangan (Sofyan, 1984).  Sampai saat ini sumber iradiasi yang banyak digunakan dalam pengawetan pangan adalah 60Co dan 137Cs. 



DOSIS RADIASI
           Menurut Hermana (1991), dosis radiasi adalah jumlah energi radiasi yang diserap ke dalam bahan pangan dan merupakan faktor kritis pada iradiasi pangan.  Seringkali untuk tiap jenis pangan diperlukan dosis khusus untuk memperoleh hasil yang diinginkan.  Kalau jumlah radiasi yang digunakan kurang dari dosis yang diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan tercapai.  Sebaliknya jika dosis berlebihan, pangan mungkin akan rusak sehingga tidak dapat diterima konsumen.  Besarnya dosis radiasi yang dipakai dalam pengawetan makanan tergantung pada jenis bahan makanan dan tujuan iradiasi.  Persyaratan dosis yang dibutuhkan untuk mengiradiasi jenis pangan tertentu dapat dilihat pada Tabel

Tabel. Penerapan dosis dalam berbagai penerapan iradiasi pangan
Tujuan
Dosis (kGy)
Produk
Dosis rendah (s/d 1 KGy)
)          Pencegahan pertunasan
)          Pembasmian serangga dan parasit
)          Perlambatan proses fisiologis
0,05 – 0,15
0,15 – 0,50
0,50 – 1,00
Kentang, bawang putih, bawang bombay, jahe,
Serealia, kacang-kacangan, buah segar dan kering, ikan, daging kering
Buah dan sayur segar
Dosis sedang (1- 10 kGy)
)         Perpanjangan masa simpan
)         Pembasmian mikroorganisme perusak dan patogen
)         Perbaikan sifat teknologi pangan
1,00 – 3,00
1,00 – 7,00
2,00 – 7,00
Ikan, arbei segar
Hasil laut segar dan beku, daging unggas segar/beku
Anggur(meningkatkan sari), sayuran kering (mengurangi waktu pemasakan)
Dosis tinggi(10 – 50 kGy)
)         Pensterilan industri
)         Pensterilan bahan tambahan makanan tertentu dan komponennya
10 - 50
Daging, daging unggas, hasil laut, makanan siap hidang, makanan steril
    
1  Hanya digunakan untuk tujuan khusus.  Komisi Codex Alimentarius Gabungan FAO/WHO belum menyetujui penggunaan dosis ini
           Pengukuran dosis agar bahan pangan dapat menerima dosis iradiasi secara tepat, dilakukan dengan menggunakan suatu sistem dosimetri.  Dosimetri merupakan suatu metode pengukuran dosis serap (absorbsi) radiasi terhadap produk dengan teknik pengukuran yang didasarkan pada pengukuran ionisasi yang disebabkan oleh radiasi menggunakan dosimetri.

PRINSIP IRADIASI PANGAN
           Pada pengawetan bahan pangan dengan iradiasi digunakan radiasi berenergi tinggi yang dikenal dengan nama radiasi pengion, karena dapat menimbulkan ionisasi pada materi yang dilaluinya (Maha, 1981).  Gambar 1.  menunjukkan prinsip pengawetan bahan pangan dengan iradiasi.
Bahan Pangan
Eksitasi, ionisasi dan perubahan komponen sumber iradiasi
Efek fisik, kimia dan biologis bahan pangan
Ø      Pertumbuhan sel bahan terhambat
Ø      Mikroorganisme patogen dan pembusuk mati
Ø      Perubahan warna, aroma dan tekstur bahan
Ø      Perubahan nilai nutrisi
Pemanfaatan praktis iradiasi bahan pangan banyak berkaitan dengan pengawetan.  Radiasi menonaktifkan organisme perusak pangan, yaitu bakteri, kapang dan khamir.  Iradiasi juga efektif untuk memperpanjang masa simpan sayur dan buah segar karena membatasi perubahan hayati yang berkaitan dengan pematangan, peramunan, pertumbuhan dan penuaan.

ASPEK KEAMANAN

           Keamanan pangan iradiasi merupakan faktor terpenting yang harus diselidiki sebelum menganjurkan penggunaan proses iradiasi secara luas.  Hal yang membahayakan bagi konsumen bila molekul tertentu terdapat dalam jumlah banyak pada bahan pangan, berubah menjadi senyawa yang toksik, mutagenik, ataupun karsinogenik sebagai akibat dari proses iradiasi.
           Hasil penelitian mengenai efek kimia iradiasi pada berbagai macam bahan pangan hasil iradiasi (1 – 5 kGy) belum pernah ditemukan adanya senyawa yang toksik.  Pengawetan makanan dengan menggunakan iradiasi sudah terjamin keamanannya jika tidak melebihi dosis yang sudah ditetapkan, sebagaimana yang telah direkomendasikan oleh FAO-WHO-IAEA pada bulan november 1980.  Rekomendasi tersebut menyatakan bahwa semua bahan yang diiradiasi tidak melebihi dosis 10 kGy aman untuk dikonsumsi manusia.  Pernyataan ini dikeluarkan sehubungan dengan munculnya kekhawatiran konsumen akan keracunan sebagai pengaruh sampingnya.

 

PERMASALAHAN IRADIASI PANGAN

           Permasalahan yang menyangkut kesehatan pada makanan yang diiradiasi adalah permasalahan tentang gizi, mikrobiologi dan toksikologi.
A.     Aspek Gizi
Masalah gizi pada makanan yang diiradiasi ialah kekhawatiran akan adanya perubahan kimia yang mengakibatkan penurunan nilai gizi makanan, yang menyangkut perubahan komposisi protein, vitamin dan lain-lain (Glubrecht, 1987).  Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa makanan yang diiradiasi sampai dosis 1 kGy tidak menimbulkan perubahan yang nyata, sedangkan pada dosis 1 – 10 kGy bila udara pada saat iradiasi dan penyimpanan tidak dihilangkan akan mengakibatkan penurunan beberapa jenis vitamin.  Untuk itu telah dilakukan berbagai penelitian untuk mengetahui kondisi iradiasi yang tepat, sehingga pada prakteknya tidak akan terjadi perubahan nilai gizi dalam bahan pangan, terutama makronutrisinya sepperti karbohidrat, lemak dan protein (Purwanto dan Maha, 1993).
B.    Aspek Mikrobiologi
Dalam makanan iradiasi, masalah mikrobiologi yang mungkin timbul adalah sifat resistensi atau efek mutagenik dan peningkatan patogenitas mikroba (WHO, 1991 dalam Simatupang, 1983).  Daya tahan berbagai jenis mikroorganisme terhadap radiasi secara berurutan adalah sebagai berikut : spora bakterI > khamir > kapang > bakteri gram positif > bakteri gram negatif.  Ternyata bakteri gram negatif merupakan yang paling peka terhadap radiasi.  Oleh karena itu, untuk menekan proses pembusukan makanan dapat digunakan iradiasi dosis rendah (Jay, 1996).
C.    Aspek Toksikologi
Analisis kimia yang dilakukan terhadap makanan yang diawetkan dengan iradiasi tidak ditemukan senyawa yang berbahaya bagi kesehatan.  Namun uji tersebut saja tidak cukup untuk meyakinkan keamanannya sehingga perlu dilakukan uji toksikologi.  Uji toksikologi terhadap makanan iradiasi dilakukan dengan prosedur yang jauh lebih teliti dan kompleks bila dibandingkan dengan pengujian sebelumnya, karena sejak awal keamanan makanan iradiasi sangat banyak dipertanyakan.
Kekhawatiran ini mungkin disebabkan adanya senyawa radioaktif pada makanan yang diiradiasi.  Iradiasi pada suatu bahan pangan yang mengandung air menyebabkan ionisasi dari bagian molekul-molekul air dengan pembentukan hidrogen dan radikal hidroksil yang sangat reaktif.  Radikal-radikal ini sangat berperan terhadap pengaruh biologis iradiasi pengion.  Oleh karena itu terdapat pengaruh tidak langsung dari iradiasi jaringan-jaringan lembab yang disebabkan oleh air yang diaktivasikan.  Hidrogen dan radikal hidroksil secara kimiawi dikenal sangat reaktif dan dapat bertindak sebagai zat pereduksi ataupun pengoksidasi. 
Kekhawatiran ini  dapat terjawab melalui beberapa penelitian yang dilakukan dan tidak ditemukan bukti yang menunjukkan bahwa makanan iradiasi berbahaya bagi kesehatan konsumen, sehingga berdasarkan hal tersebut, pada bulan Nopember 1980, para pakar dari FAO, WHO dan IAEA yang tergabung dalam Joint Expert Committee on Food Irradiation (JECFI) mengeluarkan rekomendasi yang menyatakan bahwa semua jenis bahan pangan yang diiradiasi sampai batas 10 Kgy adalah aman dikonsumsi.

LEGALITAS IRADIASI
           Setiap metode pengolahan pangan mengakibatkan perubahan sifat pangan yang mungkin menimbulkan konsekuensi pada konsumen, tetapi jelas bahwa pangan yang diiradiasi aman, dan konsumsinya sebagai bagian dari makanan sehari-hari sama sekali tanpa akibat yang membahayakan (Hermana, 1991).
           Untuk memastikan terdapatnya tingkat keamanan yang diperlukan, pemerintah perlu mengundangkan peraturan, baik mengenai pangan yang diiradiasi maupun sarana iradiasi.  Peraturan tentang iradiasi pangan yang sampai sekarang digunakan antara lain adalah Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 826 Tahun 1987 dan No. 152 Tahun 1995.  Peraturan tersebut selanjutnya digunakan sebagai bahan acuan dalam penyusunan Undang-undang Pangan No. 7 Tahun 1996.
           Menurut Hermana (1991), pangan yang diiradiasi tidak dapat dikenali dengan penglihatan, penciuman, pencecapan ataupun perabaan.  Satu-satunya cara agar konsumen mengetahui dengan pasti bahwa suatu pangan telah diiradiasi adalah dengan menyertakan label yang menyatakan dengan jelas perlakuan tersebut dalam kata, logo atau keduanya.  Pelabelan pangan di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah RI No 69 Tahun 1999 dan khusus mengenai iradiasi pangan diatur dalam pasal 34. 

PENUTUP

           Teknologi  iradiasi yang telah diintroduksikan  ke dunia industri dan masyarakat, kini telah dimanfaatkan secara luas dalam berbagai industri.  Proses pengawetan panganpun telah lama memanfaatkannya untuk berbagai bahan pangan dan makanan dan telah dilepaskan ke masyarakat luas, seperti berbagai jenis buah-buahan, sayuran, rempah-rempah dan bumbu masak, berbagai jenis hasil laut, berbagai jenis daging, masakan jadi, gandum dan kentang.
Negara berkembang telah menetapkan swasembada pangan sebagai salah satu tujuan pembangunan dan ekspor pangan merupakan sumber penghasilan.  Oleh karena itu pengurangan kehilangan pangan merupakan kebutuhan yang penting.  Iradiasi pangan, selain mengurangi kehilangan pangan dapat memberikan keuntungan khusus dibandingkan dengan cara pengolahan pangan konvensional.  Namun iradiasi pangan tidak hanya memerlukan tenaga terlatih dan peralatan khusus, tetapi juga sistem peraturan perundang-undangan untuk memastikan bahwa proses ini akan dilaksanakan dengan benar dengan standar keamanan.
Akhirnya Irradiasi adalah bukan sebuah "silver bullet." Di mana tidak ada  silver bullet yang dapat memecahkan semua problem keamanan pangan. Irradiasi memberikan beberapa efek dalam penggunaannya di bidang pangan dan  kesehatan masyarakat.  Bagaimanapun juga, hanya waktu yang akan mengatakan penerapan iradiasi pangan dapat  masuk ke pasaran dan keberhasilannya dapat diperoleh  pada masa yang akan datang.